PUSAT LITERASI MULTIBAHASA UNTUK ANAK DAN REMAJA DI KAWASAN 3T (TERTINGGAL, TERDEPAN, TERLUAR)
Keywords:
literasi multibahasa, kawasan 3T, pendidikan inklusif, bahasa ibu, pemberdayaan komunitasAbstract
Ketimpangan akses pendidikan di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) menyebabkan rendahnya tingkat literasi dasar, termasuk kemampuan bahasa anak dan remaja. Dalam konteks multibahasa Indonesia, literasi dalam lebih dari satu bahasa menjadi kebutuhan strategis untuk pemberdayaan dan penguatan identitas lokal. Kegiatan ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan desain studi kasus di tiga wilayah 3T: Pulau Serasan (terluar), Entikong (terdepan), dan Pegunungan Bintang (tertinggal). Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan studi dokumentasi, lalu dianalisis menggunakan metode tematik. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa pusat literasi multibahasa mampu meningkatkan kemampuan membaca anak-anak dalam bahasa ibu (rata-rata 82%), bahasa Indonesia (rata-rata 77%), dan bahasa Inggris dasar (rata-rata 48%). Selain aspek kognitif, program ini juga memperkuat rasa percaya diri, pelestarian bahasa lokal, dan partisipasi komunitas. Temuan ini memperkuat teori literasi sebagai praktik sosial dan pentingnya penggunaan bahasa ibu sebagai fondasi pembelajaran berbahasa lainnya. Pusat literasi tidak hanya menjadi sarana peningkatan kemampuan bahasa, tetapi juga berperan sebagai ruang interaksi budaya dan penguatan kapasitas komunitas lokal. Pusat literasi multibahasa terbukti menjadi pendekatan efektif dalam menjawab tantangan literasi anak di kawasan 3T. Dukungan kebijakan dan penguatan kapasitas fasilitator lokal sangat dibutuhkan untuk keberlanjutan dan perluasan program ini di wilayah lain.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 PEDAMAS (PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT)

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.